Rabu, 12 Maret 2014

Sufi Bercinta





mengepak sayap, patah,mengepulkan jiwa-jiwa sepi, mati luluh penuh seluruh…
mengais kepingan koyak dari hati-hati yang bersembunyi dibalik gelegak marah menyala, hilang tembus sampai perbatasan misteri langit . Nafas yang tersenggal ketuk jiwaku hinga cinta. Tangis kering, erang parau dan tauhid yang penghabisan, melemah menggapai hati perempuan yang diam dalam tirai seribu cahaya dan dipisahkan berjengkal-jengkal tanah kering, setelah separuh waktu berkejaran dengan dahaga dan lapar akan nafsu syahwat, demi mungusir pengap dan tandus.

Dia bagai biola hilang dawai, kehilangan lengking-lengking, mati pesona,berganti warna-warna kusam, mengepiskan molek tubuh yang semula gagah mengangkangi ribuan kupu-kupu malam, menawar palsu hati yang koyak hilang arah kiblat. Letih dalam kubangan kemayu perempuan bergincu, dari gemerlap dunia yang menyalak tikam keponggahan dan kedirian semu, terlanjur beku dalam lipatan waktu yang tersia-siakan.
cahaya mata yang bagaikan titisan langit dari cahaya diatas cahaya, mengunci diam, menciptakan gemuruh dan teriakan tertahan, ayat-ayat langit yang terpenggal tak mampu menjadi hijab kilau rindu yang tersampaikan dari balik kafan berlumpur. Dua hati menangis, menghiba, berpegangan sampai ribuan malaikat berpaling dari dzikir-dzikir.

Demi sebuah kiblat, dibiarkan cintanya patah arang, tersapu batas waktu penghabisan, yang menjadikan dua betis bertaut menahan dahaga, takut akan dosa yang berkejaran dengan dzikir berseling desing dengan dunia yang memikat. Syukurlah sebelum penghabisan, dia menemukan kiblat dan perempuan yang akan menjadi hiasan surga adn.

cinta yang terpenggal ma’rifat akan ketinggianNya, terlalu naif untuk disandingkan dengan syaf-syaf para suhada ataupun pemburu pahala,bercintalah, sentuh saja setiap jengkal pesona itu, kepada siapa kau cinta, kau akan mendapatkan nilaimu. Namun lihat dulu pembandingnya, jangan dulu kau beri bingkai,….

Kusimpan seorang perempuan terakhir, yang matanya bagai kemilau batu merah delima, karena tidak henti menangisi dosanya, tubuhnya lembut ba’ sutra para darwis dalam kisah seribu satu malam, karena selalu terhijab dari kilatan mata elang bernafsu. Ketika ia berkata-kata, suaranya bagai nyanyian alam yang membelah kesunyian pegunungan yang perawan, kerena ia tak henti mengalunkan bait pesan-pesan Tuhan.
disana ada sebuah dipan kosong yang berbalut beludru biru, tepinya bertahta kemilau adn, namun dibawahnya menggelegak jilatan syakor yang beriringan mengejar jiwa-jiwa hilang. Maka cinta itu berakhir dalam batas-batas, berganti rupa dengan do’a-do’a malam, dibasuh tangisan panjang, hening dalam kepak malam-malam yang bertukar peran namun selalu menghadirkan gelap yang sama.

jika kau mencintai suaraku, maka suaraku telah lenyap dikalahkan sangkakala
jika kau mencintai kemilauku, maka aku bagai lilin yang lebur oleh jilatan api dunia
jika kau mencintai nama besarku, maka nama itu akan berakhir di tugu-tugu peringatan kematianku
jika kau mencintai dalam waktu-waktu yang telah diberi batas ,maka kau menciptakan batas untuk cintamu sendiri..

Simpanlah cinta itu dalam hatimu, dan ajari ketulusan, bersihkan dari nafsu birahimu, karena tidak selalu harus berarti birahi, jika tujuanmu birahi, maka cintamu hanya sebatas lenguhan sepasang pengantin.
Cinta yang telah mengalahkan hawanafsunya, ia akan mampu menggapai hati yang secara ragawi dipisahkan, menciptakan keabadian. Biarkan cinta itu tidur sesaat, temani kerinduanmu dengan dzikir-dzikir yang akan mengikatmu dengan kesabaran. Biarkan tangis itu sesaat menjadi caramu, biarkan Tuhan menjadi pendengar pertamamu ketika merindukannya,tidak perlu kau benci cinta itu, kau hanya perlu mengenali sifat dan kelemahnya dan belajar mengemasnya menjadi ibadah.

jangan kau sangka Tuhan hanya akan bertanya apa yang kau inginkan saat ini, ia pun berbicara pada penghuni adn dan syakor. Biarkan semua keterkabulan itu tertunda, yang perlu kau pastikan dipintu mana Tuhan akan menyapamu, dan bertanya masihkah kau menginginkan cinta itu?, tak perlu berteriak, Dia mengetahui meski kau coba membungkam hatimu.
untukmu…..duhai kau yang memikatku dari jauh….
diamlah disana dalam heningmu…Tuhan punya cara tersembunyi….
biarkan aku berdzikir dan melantunkan ayat-ayatNya dalam lipatan waktuku yang tinggal separuh…nanti akan kuramaikan hatimu,….

sekarang biarkan aku mengisi perbekalanku, agar dihari penghisaban aku tak hilang arah, agar aku punya sedikit keindahan untuk kuperlihatkan kepadamu, biarkan aku menangis sekarang, menguntai air mata beruntai untai, agar aku bisa memberi senyum terindahku hanya untukmu. Sekarang biarkan aku berhadapan dengan Tuhanku, berguru padaNya tentang kesabaran, biarkan Dia menempaku hingga memiliki keindahan bagai jamrud biru. By.Alfi Arni Makhtaf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar