by, Alfi Arni Makhtaf
Suami
bagi seorang wanita adalah mahkota hati, dia akan di ikuti, diteladani, dan
menjadi imam dalam beribadah dan bermuamalah, menjadi penyeimbang segala kurang
dan lemahnya sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Suami bagi seorang wanita figur, yang
kepadanya ia akan percaya, kepadanya ia akan berbagi rasa, yang kepadanya
meminta ijinnya. Namun keutamaan
tersebut, bukanlah berarti syarat kesempurnaan yang membuat sebelum menikah wanita
jadi terjebak dalam lingkaran kegiatan “memilih” yang tiada berujung, alih-alih
mendapatkan pasangan idaman hati, malah penyakit hati yang bercokol berupa
kecemasan dan enggan menerima kekurangan si dia yang sudah berkenan hati
mendekati. Agaknya bolehlah kita resapi sebait
doa yang dipanjatkan hati seorang wanita:
“Tuhan
cintakan hatiku pada yang Engkau cintai, dalam perkara apa saja yang Engkau
kehendaki, dan teguhkan hatiku mengikutinya.
Jadikan pandangan hatiku menjadi pandanganMu agar aku tidak samar oleh
tipuan dunia.”
Heemmm, yakin doa
seperti itu ada dalam harapan hati setiap wanita, namun pernikah ketika
dimasuki wanita, maka ia akan menjadi pintu pengamalan setengah dari agamanya,
di dalamnya hati wanita akan banyak di uji, tentang kebosanan, ekonomi, anak,
sifat masing-masing yang mulai nampak aslinya…..sampai masalah sek suami istri
yang turut membumbui pernak-pernik problematika dalam rumah tangga, jadi tentu
tidak berlebihan wanitapun harus memilih siapa gerangan pendamping hidup yang
dikira nyaman bagi hatinya, akan mampu ia taati dan akan bisa ia ikuti dalam
Rida Allah sampai kehidupan abadi, bukan sebatas pasangan hidup dunia, namun
sampai dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Dalam pernikahan wanita
muslim memiliki keutamaan, ia juga diberi hak yang sesuai dengan prioritas kewajiban
amal ibadahnya. Meski seorang wanita
dalam perlindungan seorang wali namun ia memiliki kebebasan dalam menentukan
pasangan hidup yang sesuai dengan kecondongan hatinya, tentu saja dalam batas
akhlakul karimah mengingat wali, orang tua dan keluarga adalah benteng
perlindungan wanita sebelum ia keluar melangkah bersama suaminya, selama
bergaul dengan suaminya, bahkan jika sampai suatu ketika terjadi perselisihan
serius dalam rumah tangganya. Janganlah di
abaikan kasih sayang dan dukungan wali, orang tua dan keluarga selama
kecondongan mereka dalam kolidor yang di ijinkan Allah dan sunnah nabi Muhammad
saw dengan bersikap keras demi mengikuti sidia yang kadung memikat hati. Dalam perkara inilah hati wanita yang mudah
di lamun perkara romantisme membutuhkan tuntunan dan batasan, agar keputusan
yang hendak dia ambil sekurang-kurangnya dapat melindungi dikemudian hari. Allah dengan sifat lembut-Nya memberikan
tuntunan bagi seorang wanita dalam memilih pasangan hidupnya, dan perkara yang
cukup menantang untuk di ikuti. Sebagaimana
Allah Isyaratkan dalam doa yang di Ajarkan-Nya berikut:
Dan
orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami
pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. al Furqaan: 74)
Ada cukup banyak
kriteria yang diharapkan seorang wanita dari calon suaminya, namun itu hanya
berasal dari sifat lembut kewanitaannya tentu saja disukai hatinya, penampilan
yang tampan, ilmu yang luas, ekonomi yang mapan sampai alasan cinta yang tentu
tidak dapat dimengerti sebab musababnya, semua itu dibolehkan untuk disukai
wanita untuk menjadi nilai tambah bagi pilihannya, namun Allah dan Rasul-Nya
nabi Muhammad saw memberi pedoman utama yang sekurang-kurangnya harus dimiliki
oleh pria yang siap menjadi pemimpin dalam rumah tangga, antara lain sebagai
berikut:
1.
Kesamaan
dalam Prinsip Keimanan, Beribadah dan Bermuamalah
…Sesungguhnya budak yang mukmin
lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke
neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.(QS. Al Baqarah: 221)
Dalam
Alquran, keutamaan kedudukan seorang wanita dan pria adalah ke imanan dan
ketakwaannya. Maka dalam menentukan
calaon suami, seorang wanita dapat melihat apakah sidia memiliki kriteria
tersebut, selama proses komunikasi, perkenalan dan pergaulan mendekatkan kedua
keluarga berlangsung. Tentu tidak perlu
bersikap seperti seorang tim infestigasi yang sibuk mewawancarai sidia sampai
ke orang-orang dekatnya, kita dapat mendapatkan gambaran mengenai kualitas
imannya, beribadah dan bermuamalah cukuplah dengan mengamati kebiasaan ibadah
sehari-harinya, teman-teman bergaul dan perhatiaanya pada masalah lingkungan
sekitar,. Perkara ini menjadi syarat
utama yang tidak diperkenankan adanya tawar menawar. Jangan ragu menjauh jika sidia, suka melalaikan
shalat, karena jika baik shalatnya minimal disiplin dalam waktunya Insya Allah
cukuplah itu menjadi fondasi utama bagi perbaikan ketaatan, rujukan pribadi
keseluruhannya.
2.
Pribadi
yang Menentramkan
dan orang orang yang berkata:
"Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan
Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa.(QS. Al furqaan: 74)
Doa-doa
dalam alquran adalah tuntunan halus, mengenai apa yang harus menjadi prioritas
kita, dan apa yang harus kita ikhtiarkan dalam kehidupan. Suami adalah salah satu pengemban penting
dalam keluarga, tutur kata, sikapnya akan menjadi contoh pertama bagi
anak-anak, juga jaminan bagaimana ia sebagai suami akan memperlakukan istrinya,
memaklumi kurangnya dan memiliki kesabaran dan rasa maaf dalam membimbing istri
dan anak-anaknya. Kita dapat mengukur
akhlak sidia selama berta’aruf, lihatlah bagaimana ia bertutur kata dengan
orang tuanya, keluarganya dan teman-temannya, bagaimana ia berbicara dengan
anda. Waktu perkenalan yang memadai akan
membantu anda melihat reaksi-reaksi spontannya dalam berkomunikasi dan
bertindak. Apakah ia menjaga janjinya,
apakah ia senang mencari-cari kesalahan, apakah ia antusias mendengarkan
perkataan anda dan yang paling penting apakah dia jujur dalam tutur
katanya. Dan yang paling mudah, lihatlah
teman-teman yang menghampirinya, karena biasanya orang yang baik senang bergaul
dengan orang-orang baik. Sangat
dibutuhkan waktu yang cukup untuk anda mengenal konsistensitas sidia, karena
tidak jarang seseorang merekayasa sikapnya untuk menarik perhatian, namun
biasanya ini tidak akan bisa dipertahankan, waktu akan membuat seseorang
melahirkan Sifat aslinya.
3.
Kemandirian
Mencari Nafkah
“Dan orang-orang yang tidak mampu
kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya.” (QS. An Nuur: 33)
Salah
satu keutamaan seorang suami, adalah kewajiban dan tanggung jawabnya memberikan
nafkah lahir dan batin, ini bermakna luas dan Islam membolehkan seorang istri
bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Materi menjadi perangkat yang sangat sensitive
dalam kehidupan berumah tangga, karena sebagian besar ibadah dan muamalah ikut
pula didukung oleh kesiapan materi pula.
Pendidikan, kesehatan juga peran serta seluruh anggota keluarga dalam
bermasyarakat sangat membutuhkan kesiapan materi. Bukankah kemiskinan sangat dekat dengan
kekufuran?. Kemampuan suami mencari
nafkah akan mengoptimalkan seorang istri melakukan tugas utamanya sebagai ibu
dan pendamping suaminya di rumah. Tidak salah
jika anda mencari tahu seberapa banyak penghasilan sidia setiap bulan, dimana
di bekerja untuk mengetahui apakah pekerjaannya bertentangan dengan nilai-nilai
Islam, perhatikan seberapa jauh ia berdisiplin waktu pergi bekerja, jika dia bukan seorang karyawan perhatikan apakah
dia termasuk pemilih atau mencari kenyamanan dalam mengerjakan sesuatu, atau
termasuk pribadi yang tangguh, tidak malas dan gengsi. Pria seperti ini di harapkan mampu menjadi
pribadi yang tangguh tidak cepat putus asa, kreatif manakal suatu saat terjadi
masalah keuangan dalam keluarga, sehingga anda tidak hidup dalam kecemasan
apalagi sampai diperlakukan seperti budak karena selain harus optimal mengurus
rumah tangga anda di tuntun mencari nafkah.
4.
Keselarasan
Pemahaman dan Pengamalan Beragama
Sangat
perlu juga dicari tahu prinsip-prinsip pemahaman agama, jangan sampai setelah
berumah tangga suami istri bersitegang, istri tidak dapat mengikuti suami
karena pemahaman keberagamaannya berbeda, karena telah dimaklumi Islam
merupakan agama yang memiliki keragaman pemikiran dan sekte, keadaan ini
berpengaruh pada aktifitas ritual dan juga cara berfikir serta cara seseorang
menempatkan orang lain satu sama lain terutama dalam kehidupan berumah tangga. Sementara seorang istri, harus mampu mengikuti
suami dengan ke ikhlasan dan rasa nyaman.
Bukan berarti anda harus bersikap kaku, enggan bersikap terbuka dengan
pemahaman calon suami yang berbeda, selama perbedaan itu hanya sebatas perkara muamalah,
tidak dalam aspek ibadah wajib yang prinsip bagi anda dan bagaimana pemenuhan
hak dan kewajiban suami istri, maka ada baiknya dibicarakan untuk disepakati
saling menghormati.
Untuk
mengetahui pemahman keberagamaan seseorang, sekurang-kurangnya anda bisa
mencari tahu, melalui buku-buku yang dia baca, kemana dia pergi mengaji, sipa
tokoh-tokoh agama yang ia dengarkan dan ikuti, aktifitas ritual keagamaannya apakah
dapat anda terima perbedaannya, untuk mendapatkan pengenalan ini, saya sangat
tidak menganjurkan aktifitas ta’aruf atau perkenalan yang cukup melalui fihak
ketiga, apa lagi cukup saling mengetahui lewat portofolio. Berilah waktu leluasa yang di sepakati untuk
saling mengenal keluarga dengan menghadiri acara rutin keluarga atau sekedar
sengaja saling bertamu, berkenalan dengan teman-temannya, melakukan komunikasi
seintensif mungkin melalui media apa saja.
Tentu saja dalam batas-batas pergaulan yang Islami.
Dengan
bercermin pada kekurangan diri, akan membantu kita untuk bersikap bijak sana
dan rendah hati dalam menilai calon pasangan hidup kita. Jodoh akan datang dengan cara yang baik,
selama anda memiliki cara berfikir positip dan tawakal pada janji Allah, bahwa
siapa yang berjihad di jalannya akan Allah beri kemudahan dan petunjuk pada
jalan keluar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar