Kamis, 18 April 2013

Wanitapun Memilih






                                     

                                     by, Alfi Arni Makhtaf

Suami bagi seorang wanita adalah mahkota hati, dia akan di ikuti, diteladani, dan menjadi imam dalam beribadah dan bermuamalah, menjadi penyeimbang segala kurang dan lemahnya sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya.  Suami bagi seorang wanita figur, yang kepadanya ia akan percaya, kepadanya ia akan berbagi rasa, yang kepadanya meminta ijinnya.  Namun keutamaan tersebut, bukanlah berarti syarat kesempurnaan yang membuat sebelum menikah wanita jadi terjebak dalam lingkaran kegiatan “memilih” yang tiada berujung, alih-alih mendapatkan pasangan idaman hati, malah penyakit hati yang bercokol berupa kecemasan dan enggan menerima kekurangan si dia yang sudah berkenan hati mendekati.  Agaknya bolehlah kita resapi sebait doa yang dipanjatkan hati seorang wanita:
“Tuhan cintakan hatiku pada yang Engkau cintai, dalam perkara apa saja yang Engkau kehendaki, dan teguhkan hatiku mengikutinya.  Jadikan pandangan hatiku menjadi pandanganMu agar aku tidak samar oleh tipuan dunia.”
Heemmm, yakin doa seperti itu ada dalam harapan hati setiap wanita, namun pernikah ketika dimasuki wanita, maka ia akan menjadi pintu pengamalan setengah dari agamanya, di dalamnya hati wanita akan banyak di uji, tentang kebosanan, ekonomi, anak, sifat masing-masing yang mulai nampak aslinya…..sampai masalah sek suami istri yang turut membumbui pernak-pernik problematika dalam rumah tangga, jadi tentu tidak berlebihan wanitapun harus memilih siapa gerangan pendamping hidup yang dikira nyaman bagi hatinya, akan mampu ia taati dan akan bisa ia ikuti dalam Rida Allah sampai kehidupan abadi, bukan sebatas pasangan hidup dunia, namun sampai dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Dalam pernikahan wanita muslim memiliki keutamaan, ia juga diberi hak yang sesuai dengan prioritas kewajiban amal ibadahnya.  Meski seorang wanita dalam perlindungan seorang wali namun ia memiliki kebebasan dalam menentukan pasangan hidup yang sesuai dengan kecondongan hatinya, tentu saja dalam batas akhlakul karimah mengingat wali, orang tua dan keluarga adalah benteng perlindungan wanita sebelum ia keluar melangkah bersama suaminya, selama bergaul dengan suaminya, bahkan jika sampai suatu ketika terjadi perselisihan serius dalam rumah tangganya.  Janganlah di abaikan kasih sayang dan dukungan wali, orang tua dan keluarga selama kecondongan mereka dalam kolidor yang di ijinkan Allah dan sunnah nabi Muhammad saw dengan bersikap keras demi mengikuti sidia yang kadung memikat hati.   Dalam perkara inilah hati wanita yang mudah di lamun perkara romantisme membutuhkan tuntunan dan batasan, agar keputusan yang hendak dia ambil sekurang-kurangnya dapat melindungi dikemudian hari.  Allah dengan sifat lembut-Nya memberikan tuntunan bagi seorang wanita dalam memilih pasangan hidupnya, dan perkara yang cukup menantang untuk di ikuti.  Sebagaimana Allah Isyaratkan dalam doa yang di Ajarkan-Nya berikut:
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(QS.  al Furqaan: 74)
Ada cukup banyak kriteria yang diharapkan seorang wanita dari calon suaminya, namun itu hanya berasal dari sifat lembut kewanitaannya tentu saja disukai hatinya, penampilan yang tampan, ilmu yang luas, ekonomi yang mapan sampai alasan cinta yang tentu tidak dapat dimengerti sebab musababnya, semua itu dibolehkan untuk disukai wanita untuk menjadi nilai tambah bagi pilihannya, namun Allah dan Rasul-Nya nabi Muhammad saw memberi pedoman utama yang sekurang-kurangnya harus dimiliki oleh pria yang siap menjadi pemimpin dalam rumah tangga, antara lain sebagai berikut:

1.                  Kesamaan dalam Prinsip Keimanan, Beribadah dan Bermuamalah
…Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.(QS.  Al Baqarah: 221)
Dalam Alquran, keutamaan kedudukan seorang wanita dan pria adalah ke imanan dan ketakwaannya.  Maka dalam menentukan calaon suami, seorang wanita dapat melihat apakah sidia memiliki kriteria tersebut, selama proses komunikasi, perkenalan dan pergaulan mendekatkan kedua keluarga berlangsung.  Tentu tidak perlu bersikap seperti seorang tim infestigasi yang sibuk mewawancarai sidia sampai ke orang-orang dekatnya, kita dapat mendapatkan gambaran mengenai kualitas imannya, beribadah dan bermuamalah cukuplah dengan mengamati kebiasaan ibadah sehari-harinya, teman-teman bergaul dan perhatiaanya pada masalah lingkungan sekitar,.  Perkara ini menjadi syarat utama yang tidak diperkenankan adanya tawar menawar.  Jangan ragu menjauh jika sidia, suka melalaikan shalat, karena jika baik shalatnya minimal disiplin dalam waktunya Insya Allah cukuplah itu menjadi fondasi utama bagi perbaikan ketaatan, rujukan pribadi keseluruhannya.

2.                  Pribadi yang Menentramkan
dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Al furqaan: 74)
Doa-doa dalam alquran adalah tuntunan halus, mengenai apa yang harus menjadi prioritas kita, dan apa yang harus kita ikhtiarkan dalam kehidupan.  Suami adalah salah satu pengemban penting dalam keluarga, tutur kata, sikapnya akan menjadi contoh pertama bagi anak-anak, juga jaminan bagaimana ia sebagai suami akan memperlakukan istrinya, memaklumi kurangnya dan memiliki kesabaran dan rasa maaf dalam membimbing istri dan anak-anaknya.  Kita dapat mengukur akhlak sidia selama berta’aruf, lihatlah bagaimana ia bertutur kata dengan orang tuanya, keluarganya dan teman-temannya, bagaimana ia berbicara dengan anda.  Waktu perkenalan yang memadai akan membantu anda melihat reaksi-reaksi spontannya dalam berkomunikasi dan bertindak.  Apakah ia menjaga janjinya, apakah ia senang mencari-cari kesalahan, apakah ia antusias mendengarkan perkataan anda dan yang paling penting apakah dia jujur dalam tutur katanya.  Dan yang paling mudah, lihatlah teman-teman yang menghampirinya, karena biasanya orang yang baik senang bergaul dengan orang-orang baik.  Sangat dibutuhkan waktu yang cukup untuk anda mengenal konsistensitas sidia, karena tidak jarang seseorang merekayasa sikapnya untuk menarik perhatian, namun biasanya ini tidak akan bisa dipertahankan, waktu akan membuat seseorang melahirkan Sifat aslinya.

3.                  Kemandirian Mencari Nafkah
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An Nuur: 33)
Salah satu keutamaan seorang suami, adalah kewajiban dan tanggung jawabnya memberikan nafkah lahir dan batin, ini bermakna luas dan Islam membolehkan seorang istri bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.  Materi menjadi perangkat yang sangat sensitive dalam kehidupan berumah tangga, karena sebagian besar ibadah dan muamalah ikut pula didukung oleh kesiapan materi pula.  Pendidikan, kesehatan juga peran serta seluruh anggota keluarga dalam bermasyarakat sangat membutuhkan kesiapan materi.  Bukankah kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran?.  Kemampuan suami mencari nafkah akan mengoptimalkan seorang istri melakukan tugas utamanya sebagai ibu dan pendamping suaminya di rumah.  Tidak salah jika anda mencari tahu seberapa banyak penghasilan sidia setiap bulan, dimana di bekerja untuk mengetahui apakah pekerjaannya bertentangan dengan nilai-nilai Islam, perhatikan seberapa jauh ia berdisiplin waktu pergi bekerja, jika  dia bukan seorang karyawan perhatikan apakah dia termasuk pemilih atau mencari kenyamanan dalam mengerjakan sesuatu, atau termasuk pribadi yang tangguh, tidak malas dan gengsi.  Pria seperti ini di harapkan mampu menjadi pribadi yang tangguh tidak cepat putus asa, kreatif manakal suatu saat terjadi masalah keuangan dalam keluarga, sehingga anda tidak hidup dalam kecemasan apalagi sampai diperlakukan seperti budak karena selain harus optimal mengurus rumah tangga anda di tuntun mencari nafkah.

4.                  Keselarasan Pemahaman dan Pengamalan Beragama
Sangat perlu juga dicari tahu prinsip-prinsip pemahaman agama, jangan sampai setelah berumah tangga suami istri bersitegang, istri tidak dapat mengikuti suami karena pemahaman keberagamaannya berbeda, karena telah dimaklumi Islam merupakan agama yang memiliki keragaman pemikiran dan sekte, keadaan ini berpengaruh pada aktifitas ritual dan juga cara berfikir serta cara seseorang menempatkan orang lain satu sama lain terutama dalam kehidupan berumah tangga.  Sementara seorang istri, harus mampu mengikuti suami dengan ke ikhlasan dan rasa nyaman.  Bukan berarti anda harus bersikap kaku, enggan bersikap terbuka dengan pemahaman calon suami yang berbeda, selama perbedaan itu hanya sebatas perkara muamalah, tidak dalam aspek ibadah wajib yang prinsip bagi anda dan bagaimana pemenuhan hak dan kewajiban suami istri, maka ada baiknya dibicarakan untuk disepakati saling menghormati.
Untuk mengetahui pemahman keberagamaan seseorang, sekurang-kurangnya anda bisa mencari tahu, melalui buku-buku yang dia baca, kemana dia pergi mengaji, sipa tokoh-tokoh agama yang ia dengarkan dan ikuti, aktifitas ritual keagamaannya apakah dapat anda terima perbedaannya, untuk mendapatkan pengenalan ini, saya sangat tidak menganjurkan aktifitas ta’aruf atau perkenalan yang cukup melalui fihak ketiga, apa lagi cukup saling mengetahui lewat portofolio.  Berilah waktu leluasa yang di sepakati untuk saling mengenal keluarga dengan menghadiri acara rutin keluarga atau sekedar sengaja saling bertamu, berkenalan dengan teman-temannya, melakukan komunikasi seintensif mungkin melalui media apa saja.  Tentu saja dalam batas-batas pergaulan yang Islami. 
Dengan bercermin pada kekurangan diri, akan membantu kita untuk bersikap bijak sana dan rendah hati dalam menilai calon pasangan hidup kita.  Jodoh akan datang dengan cara yang baik, selama anda memiliki cara berfikir positip dan tawakal pada janji Allah, bahwa siapa yang berjihad di jalannya akan Allah beri kemudahan dan petunjuk pada jalan keluar.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar