Pakaian bagi seorang wanita, tidak hanya sebatas selembar
kain yang digunakan untuk menutupi tubuhnya.
Lebih jauh ia adalah salah satu cara wanita untuk mengekspresikan seni,
intelektual spiritual bahkan emosi jiwanya. Jika enggan mengatakan dari cara
berpakaian tersebut , seorang wanita sedang menampilkan starta sosial dan
ekomominya.
Sangat tidak bisa di hindari, cara berpakaian seorang
wanita, menentukan perlakuan yang akan diterima dari lingkungan sekitarnya. Meskipun setiap wanita perlu jadi apa adanya,
tapi untuk nyaman jadi dirinya sendiri,dia tetap membutuhkan persepsi baik dari
orang lain.
Katakanlah kepada
wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita... (QS an-Nur [24]: 31)
Sudahkah, pakaian muslimah kita mencerminkan pakaian takwa?
wanita digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.
Dalam sabdanya beliau mengayakan, “Dunia ini adalah perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.“ (HR. Muslim).
Dari kedua tuntunan di atas, maka makna Takwa dalam
berpakaian, haruslah menjadi titik tolak seorang wanita memilih pakaiannya.
Ada lima
perkara, yang perlu selalu diingat hingga meresap kedalam hati berikut ini:
Sombong
Jangan duga, kesombongan hanya ada dalam perkara keburukan,
namun seringkali menyelinap dalam perkara-perkara yang semula diniatkan bagi
kebaikan dan ketaatan. Demikian juga
dalam berpakaian.
Tidak diragukan
lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa
yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong. (QS. 16:23)
Berlebihan dalam perkara agama
Islam merupakan agama keselamatan, pintu kemudahan dan
ampunan, ia tidak mempersulit fitrah wanita, namun tidak pula membebaskan
wanita hingga menjadi sumber fitnah bagi dirinya sendiri. Maka bertakwa dalam berpakaian tidak lantas
menjadikan wanita menjadi terbelenggu dalam aktifitas kesehariannya, atau
hilang ruang bagi dirinya untuk mengekspresikan kekagumannya pada keindahan.
Hati dan akal benar-benar menjadi hal yang paling dekat untuk ditanya, selain
rujukan hukum-hukum dalam berpakaian yang sesuai dengan tuntunan alquran dan
sunnah.
"Artinya : Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu"
[Al-Baqarah : 185]
Rasulullah bersabda" :
Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat
agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan
(yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta
mohonlah pertolongan (didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian
pada waktu kalian bersemangat dan giat"(HR. Abu Hurairah)
Boros.
Sudah menjadi kewajaran, manakala seorang wanita menyukai
keindahan yang dapat melekat pada dirinya. Dalam berpakaian, kualitas, model
hingga aksesoris menjadi dambaan setiap wanita untuk mengekspresikan dirinya
hingga sedikit bersenang hati manakala orang-orang disekitanya memberikan
respon kekaguman pada penampilannya. Bahkan Allah menyukai keindahan, dan
keindahan menjadi identik bagi seorang wanita.
Namun untuk memenuhi hasrat alamiahnya, seorang wanita yang dengan
pakaiannya mengharapkan Ridho Allah tentu akan mengikuti batasan keindahan dan
kepatutan dalam mengekspresikannya, yaitu menyesuaikan diri dengan kemampuan
dan kebutuhan yang dimilkinya, tidak melulu memperturutkan hawanafsu yang
terpikat oleh warna dan bentuk.
“sesungguhnya orang pemboros itu saudaranya syetan, dan
syetan itu sangat ingkar kepada Tuhannya” QS A l israa’: 27
Empati
Sikap empati, hendaknya diekspresikan oleh seorang wanita
dalam berpakaian. Tidak direndahkan oleh
orang-orang kaya karena kita mengabaikan kesantunan, keserasian dan
kepantasannya, namun tidak sampai mengecilkan hati orang miskin yang membuat
mereka merasa sedih karena tidak dapat berpakaian lebi indah atau dihinakan
oleh mereka, karena kita tidak menjaga kebersihan dan kerapihan dalam
berpakaian
Etika
Bersikap taat, tidak hanya berarti pakaian yang asal
memenuhi batasan hukum islam yang kita yakini, namun mengikuti etika kesopanan
yang terkadang beragam pada setiap tempat dimana kita berada. Tentu saja ketika
kita berpakaian di tempat-tempat formal seperti di kantor atau menghadiri
sebuah seminar, haruslah berbeda saat kita berada dalam sebuah acara pesta.
Secara
lahiriah hukum Islam tentu masing-masing dari kita telah dapat menemukan apa
yang yakini benar, terlepas dari apakah kita telah dapat menjalankannya
atau masih dalam proses membiasakannya atau sekurang-kurangnya meniatkannya. Keragaman
penafsiran para ulama dalam menentukan batasan wanita berpakain, telah pula
dimaklumi bagi siapapun yang telah tertarik untuk mempelajarinya. Namun hakekat
sebaik-baiknya pakaian adalah Takwa, tetaplah menjadi misteri dalam hati setiap
wanita, yang langsung berada dalam timbangan Allah, yang menyatakan bahawa
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan
seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu , dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya,
dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS. 8:24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar