Jumat, 27 Juli 2012

Makna Takwa Dalam Pakaian Wanita

                penulis. Alfi Arni Makhtaf

Dalam artikel ini, saya tidak akan mengajak anda untuk masuk pada pembahasan mengenai hukum batasan berpakaian  dalam islam, dengan segudang perbedaan penafsirannya.  Namun saya ingin agar kita menyelami hakekat mendalam tentang makna berpakaian, sebagai perhiasan lahir dan bathin seorang wanita.  Karena seringkali ini menjadi berada pada urutan paling belakang bahkan terlupakan, manakal kita akan berpakaian.


Pakaian bagi seorang wanita, tidak hanya sebatas selembar kain yang digunakan untuk menutupi tubuhnya.  Lebih jauh ia adalah salah satu cara wanita untuk mengekspresikan seni, intelektual spiritual bahkan emosi jiwanya. Jika enggan mengatakan dari cara berpakaian tersebut , seorang wanita sedang menampilkan starta sosial dan ekomominya.

Sangat tidak bisa di hindari, cara berpakaian seorang wanita, menentukan perlakuan yang akan diterima dari lingkungan sekitarnya.  Meskipun setiap wanita perlu jadi apa adanya, tapi untuk nyaman jadi dirinya sendiri,dia tetap membutuhkan persepsi baik dari orang lain.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita... (QS an-Nur [24]: 31)
Sudahkah, pakaian muslimah kita mencerminkan pakaian takwa?

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. QS. 7: 26


wanita digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Dalam sabdanya beliau mengayakan, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.“ (HR. Muslim).

Dari kedua tuntunan di atas, maka makna Takwa dalam berpakaian, haruslah menjadi titik tolak seorang wanita memilih pakaiannya.  Sebenarnya tidak sulit, untuk memastikan apakah pakaian muslimah kita telah di nilai cukup baik, tanpak harus pusing-pusing buka kitab rujukan apalagi berbelit dengan berbagai penafsiran tentang batasannya. secara alamiah, kata Takwa yang dijadikan batas kesempurnaan berpakaian, dengan halus akan menyentil hati kita sebagai wanita, tentang bagaimana sebenarnya ia harus berpakaian. baik lahiriahnya (pakaiannya), maupun yang menjiwai pakaian tersebut. Boleh jadi, lahiriah pakaian kita telah cukup baik, namun dimata Allah justru tidak lebih dari pakaian ketakaburan dan kelemahan hati. Ada lima perkara, yang perlu selalu diingat hingga meresap kedalam hati berikut ini:

Sombong
Jangan duga, kesombongan hanya ada dalam perkara keburukan, namun seringkali menyelinap dalam perkara-perkara yang semula diniatkan bagi kebaikan dan ketaatan.  Demikian juga dalam berpakaian.

Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS. 16:23)

Berlebihan dalam perkara agama

Islam merupakan agama keselamatan, pintu kemudahan dan ampunan, ia tidak mempersulit fitrah wanita, namun tidak pula membebaskan wanita hingga menjadi sumber fitnah bagi dirinya sendiri.  Maka bertakwa dalam berpakaian tidak lantas menjadikan wanita menjadi terbelenggu dalam aktifitas kesehariannya, atau hilang ruang bagi dirinya untuk mengekspresikan kekagumannya pada keindahan. Hati dan akal benar-benar menjadi hal yang paling dekat untuk ditanya, selain rujukan hukum-hukum dalam berpakaian yang sesuai dengan tuntunan alquran dan sunnah.

"Artinya : Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" [Al-Baqarah : 185]

Rasulullah bersabda" : Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan (yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan (didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat"(HR. Abu Hurairah)

Boros.

Sudah menjadi kewajaran, manakala seorang wanita menyukai keindahan yang dapat melekat pada dirinya. Dalam berpakaian, kualitas, model hingga aksesoris menjadi dambaan setiap wanita untuk mengekspresikan dirinya hingga sedikit bersenang hati manakala orang-orang disekitanya memberikan respon kekaguman pada penampilannya. Bahkan Allah menyukai keindahan, dan keindahan menjadi identik bagi seorang wanita.  Namun untuk memenuhi hasrat alamiahnya, seorang wanita yang dengan pakaiannya mengharapkan Ridho Allah tentu akan mengikuti batasan keindahan dan kepatutan dalam mengekspresikannya, yaitu menyesuaikan diri dengan kemampuan dan kebutuhan yang dimilkinya, tidak melulu memperturutkan hawanafsu yang terpikat oleh warna dan bentuk.

“sesungguhnya orang pemboros itu saudaranya syetan, dan syetan itu sangat ingkar kepada Tuhannya” QS A l israa’: 27

Empati
Sikap empati, hendaknya diekspresikan oleh seorang wanita dalam berpakaian.  Tidak direndahkan oleh orang-orang kaya karena kita mengabaikan kesantunan, keserasian dan kepantasannya, namun tidak sampai mengecilkan hati orang miskin yang membuat mereka merasa sedih karena tidak dapat berpakaian lebi indah atau dihinakan oleh mereka, karena kita tidak menjaga kebersihan dan kerapihan dalam berpakaian

Etika
Bersikap taat, tidak hanya berarti pakaian yang asal memenuhi batasan hukum islam yang kita yakini, namun mengikuti etika kesopanan yang terkadang beragam pada setiap tempat dimana kita berada. Tentu saja ketika kita berpakaian di tempat-tempat formal seperti di kantor atau menghadiri sebuah seminar, haruslah berbeda saat kita berada dalam sebuah acara pesta.

Secara lahiriah hukum Islam tentu masing-masing dari kita telah dapat menemukan apa yang  yakini benar, terlepas dari apakah kita telah dapat menjalankannya atau masih dalam proses membiasakannya atau sekurang-kurangnya meniatkannya. Keragaman penafsiran para ulama dalam menentukan batasan wanita berpakain, telah pula dimaklumi bagi siapapun yang telah tertarik untuk mempelajarinya. Namun hakekat sebaik-baiknya pakaian adalah Takwa, tetaplah menjadi misteri dalam hati setiap wanita, yang langsung berada dalam timbangan Allah, yang menyatakan bahawa

Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu , dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (QS. 8:24)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar