Semua gaya berpakaian muslimah, ada di Indonesia. Seolah mewakili tafsir-tafsir mereka pada bagaimana seharusnya seorang muslimah berpakaian. Tidak di pungkiri, dibalik pakaian tersebut ada banyak motifasi yang menandai semua model berpakaian yang populer mereka namakan hijab.
Tidak
hanya dalam keseharian, hijab membungkus lenggak-lenggok para muslimah dari
mulai gadis desa sampai model kosmopolitan. hijab di parodikan pula melalui
media dari mulai sekedar majalah berbagai model berhijab, sinetron sampai
perfilman. Bahkan urusan hijab ini, sempat pula memantik perdebatan saat para
polwan ingin berhijab, yang konon memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Jilboobs
yang bikin kontroversi, sejenis pakaian yang menutup seluruh tubuh perempuan
tapi terlihat "Aduhai" ikut bikin pusing, saat urusan model hijab
yang sekali pakai disinyalir bikin apes isi dompet gara-gara model sampai pernak-perniknya
yang super ribed belum juga selesai.
Konon,
di berbagai media masa di isyukan, busana muslim indonesia akan menjadi kiblat
pakaian dunia, dan mimpi ini di mulai dengan 12 Desainer Busana Muslim
Indonesia Sukses Dalam Internasional Fair of the Muslim World di Paris, dengan
opening show oleh Dian Pelangi (salah satu desainer indonesia) aganya keragaman
etink dari mulai batik sampai sulaman dengan teknik handmade yang rumit sangat
menginspirasi ditengah model busana dunia modern.
Hitam
putih pakaian muslimah, menjadi kekayaan jaman dalam realita sosial ummat islam
yang tidak diperoleh pada perkembangan budaya dan peradaban agama lain. Menarik
dan penuh drama. Mengapa saya bilang "Drama" karena pakaian muslimah
yang populer di sebut hijab ini, ikut juga memberikan stigma pada pemakainya,
tuntutan sosial bahwa perempuan yang berhijab adalah model perempuan yang
berakhlakul karimah turut memantik emosi setiap perempuan saat mereka bergaul
dalam lingkungan sosialnya, bahkan cara dan model berpakaian ikut pula
memilah-milah mereka, dalam urusan perbedaan aliran, harokah sampai tingkat
penguasaan ilmu keagamaan mereka. bahkan sayapun dengan cara berpakaian saya,
turut pula harus menghadapi stigma tersebut, yang mempengaruhi seseorang saat
menyimak pernyataan saya. Seorang profesor yg seharusnya memilki kemampuan
berfikir objektif, langsung mencap saya "fundamentalis" hanya karena
jilbab lebar saya di tengah diskusi kami. Memang Tidak bisa dipungkiri pakaian,
adalah bahasa fisual yang mempengaruhi penilaian pertama seseorang dan menjadi
pengetahuan dasar mereka saat memulai komunikasi. Manusia memang makhluk fisual
yang terkadang mudah dipermainkan oleh "Kemasan."
Penting
untuk menjadi dasar menilai pakaian, khususnya pakaian muslimah. bahwa adanya
perbedaan tafsir bagaimana seorang muslimah itu berpakaian. namun Alquran
memberikan garis akhir bahwa pakaian seorang muslim haruslah mencerminkan
ketakwaan. Mengapa ketakwaan, karena takwa berasal dari hati dan hati merupakan
alat penilaian yang paling akurat dalam membedakan mana pakain yang pantas di
kenakan dan mana yang tidak, jika hati itu menjadikan nilai-nilai ketakwaan
terhadap alquran dan sunnah sebagai landasannnya, tentu semampu yang ia mudah
memahaminya. Jika berbagai model pakaian muslimah itu di jejerkan, hati
seseorang pasti dapat menentukan model mana yang lebih menentramkan, mudah dan
aman.
Pada
akhirnya, pakaian para muslimah Indonesia akan mencerminkan tidak hanya
keragaman tafsir, namun nilai-nilai pendidikan, budaya dan seni yang menjadi
ciri khas kiblat pakaian dunia, dimana semua mata akan tertuju.